Pages

Kamis, 02 Januari 2014

BEKSAN


Sugriwa-Subali
Lelagon Yayasan Paguron Taman Siswa

Cuplikan kisah tewasnya Subali.
Dimulai dari lagu manyuro[1] utuh, pemain wayang menuju ke depan, Ragawa sebelah kanan, Sugriwa kiri, melangkah ke depan bersama.

Kondha[2]
Tersebutlah, yaitu bertemunya ia, kesatria dari Ayodya[3], yang dinanti-nantikan raden Regawa, atau risang Rama Wijaya, dengan risang raja para Wanara[4] senopati Sugriwa, yang menjadi awal pertemuan mereka, senopati Sugriwa sangat besahabat hatinya, sebab sangat baiknya ia, dan kakaknya prabu Subali sebab atas kesombongan merebut istrinya, arum sang Dyah Tara terkasih, Prabu Sugriwa ----- di gunung Maliyawan[5],

Gendhing pembuka prabu anom, radrang dua kendang.
Suara lirih, pemain wayang maju ke panggung depan.

Kondha
Yaitu, kesatria dari Ayodya rasi Rama Wijaya, yang sedang duduk di kursi gading, prabu Sugriwa begitu senang  akan kedatangan Rama Wijaya di gunung Maliyawan, amat  senangnya prabu Sugriwa begitu juga semua bala tentara Wanara (kera) terlihat begitu tenang dan tentram hatinya, karena kedatangan risang titisan Wisnu di sana, Sugriwa mengahaturkan rasa terimakasihnya.

Suwuk[6] lagu jugag, percakapan
Sugriwa
1.      Permisi tuwan, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran paduka

Rama
  1. Iya saudaraku (adikku) prabu Sugriwa, semua kesalahanku semoga sirna di waktu ini, sama-sama adikku.

2.      Terimalah hormat saya, atas kedatangan paduka di Maliyawan.

2.      Iya adikku, semua saya terima, kita telah bertemu, ada hal penting apa adikku.

3.      Sang Gusti, (yang Mulia) teramat sedih hati, dari peperangan saya dengan Subali, karena kakak saya telah merebut dewi Tara, tidak lebih sirnanya kakak Subali, saya serahkan ke paduka. (persilahkan)

3.      Iya adikku, apa kamu sudah rela atas sirnanya kakakmu oleh tanganmu sendiri.

4.      Kenapa saya harus tidak rela Gusti.

4.      Iya adikku, tetapi pusakaku , senjata capa[7] yang bisa menewaskan kakakmu Subali.

5.      Permisi Gusti, kakak saya Subali amatlah sakti mandraguna di jagat Triloka[8], tidak ada yang bisa menandigi, saya mohon pertanda, dari pemberian paduka, semoga terbantu sebab



Gongsa pelajaran, semua tokoh pewayangan menuju ke kiri, kemudian dilanjutkan keluarnya Rama dengan membawa busur panah, Sugriwa dari kanan, sugriwa berdiri di bagian belakang, kemudian bersila sampai laras kondha, berdiri diam agak miring, Rama diam berada di depan.



Gongsa rep Percakapan
Rama
  1. Apa itu bentuk dari pohon aren yang berjajar tujuh

Sugriwa
1.      Iya benar Gusti

2. Datanglah adikku untuk mengamati, laju dari panahku. Jika dirimu telah yakin, janganlah kamu merasa ragu di dalam hati.

2.      Iya, saya laksanakan

Kondha
Seperti itulah, risang Rama Wijaya, yang memegang senjata miliknya, yang bernama senjata capa, seraya mengheningkan diri tentang keutamaan. Telah sesuai denganhati yang murni, hanya pucuk bedhor yang telihat di sana, terlihat berkilau sebesar merica yang terambil, senjata Capa siap (segera)  dilepaskan, tepat mengenai pohon aren yang berjajar tujuh, dari kereda hingga mencapai  pohon.

Gongsa gesang (kehidupan), kemudian Rama menuju pohon aren, ke depan, berujar.

Rama
  1. Seperti apa adikku, kamu mengamati panah kakang,

Sugriwa
1.      Sang Gusti, teramat meperkuat hati gusti, begitu besar keyakinan hati saya,  mohon izin agar beragkat sekarang, menuju gua Kiskandha[9], membasmi kakang Subali

2.      Iya adiku, semoga selamat langkahmu

2.      Iya terima kasih saya, Sang gusti jika nanti saya telah sampai pada kakang, mohon tancapkan senjata Sapanunteng.

  1. iya baiklah, oleh karena itu maka adikku segeralah berangkat,

3.       iya laksanakan Gusti

Gongsa gesang, Sugriwa menuju ke kiri, Rama dewa, berjongkok, suwuk, tokoh wayang keluar dari kanan kiri.

Kondha
Setelah itu, yang diperdengarkan lagu kondha, yaitu mereka berdua adalah putra rasi Gutama[10], yang bernama prabu Subali dan senopati Sugriwa, yang mempunyai keinginan dan bitutama, sama-sama merupakan keturunan orang yang suka bertapa, terputus oleh pecahnya peperagan, yang begitu sakti mandraguna, seperti itulah pecahnya  kondha, :prabu Subali bersama adiknya, bersiap di tempat yang telah dibayangkan  untuk siap melanjutkan keinginan dan niatnya masing-masing, dan di sanalah ia (Subali) keluar dari gua Kiskandha, siaplah mereka berperang di medan laga.

Gendhing pembuka siap berpernag, irama keras, dua kendang berbunyi bersama, menuju ke depan gawang diam, di depan.
Kondha

Kondha
Yaitu tersebutlahlah, senopati Sugriwa, yang mengalami pergolakan dengan saudaranya, sekarang telah siap, saling pandang memandang tanpa ragu-ragu, iya seperti itulah pengorbanan dari senopati Sugriwa, [ ini kakang Subali, saya lihat semakin berkurang karismanya, apakah sudah mengetahui yang akan menjadi jalanmu sakarang ini, terlihat sedikit lemah, iya meskipun engkau memiliki ajian pancasona[11], aku tidak lantas takut, terkena senjata sapa akan hilang nyawamu] begitu juga keteguhan hati prabu Subali [ini adikku Sugriwa, perbuatanmu begitu berlebih, sombong sekali seperti saat bertempur di kayangan, iya meskipun begitu sakti, sejuta niat, aku tidak akan pernah takut] kedua pembesar tersebut saling bersiap dan waspada.

Seseg suwuk, ada-ada, capeng, percakapan
Subali
1.      Ini adikku senopati Sugriwa, kedatanganmu membawa bala tentara, apakah masih merasa kecewa hatimu.


Sugriwa
  1. Iya kakang subali, belum lega hari saya, jika belum bisa merampas nyawamu.
2.    Sombong sekali dirimu sugriwa, apa yang kamu bangggakan, di jagat triloka, siapa yang bisa menandingi Subali, kesaktianmu sudah terlihat, tidak akan mampu menandingi subali
2.      Saya tidak perduli, jika kamu tidak menyerahkan dewi Tara, pasti tidak akan selamat jalanmu.
3.      Sugriwa ketahuilah, dewi Tara sudah semestinya menjadi istri Subali, karena sirnanya Mahesasura dari tanganku.
  1. Kakang Subali tak tahu malu, meskipun Mahesasura tewas olehmu, dewi Tara sudah diserahkan kepada saya, sebab atas kesalahan dari perjanjianmu sendiri, tidak dari kesalahanku.
4.      Ngeyel bicaramu Sugriwa
4.      Saya tidak perduli
5.       iya hanya tinggal satu kali ini saja Sugriwa, kamu menyalahi matahari dan bulan, mari berperang tanding.
  1.  Iya mari.




Kondha

Seperti itulah keduanya, yang berniat melakukan peperanga, menunjukkan kesaktiannya di medan laga, oleh karena sama-sama atas dasar kependetaan mereka, dan juga masing-masing di dewa. sedangkan Ramabadra  dengan busur perangnya berada di kiri Sugriwa, mengapit dan bersebelahan dengan para bala tentara Wanara, Sang Ramabadra tidak henti-hentinya memberikan sabda kepada para wadya Wanara, selalu diberi pitutur dan piwulang dalam kebijaksanaan, dan segala kesulsilaan, dengan begitu baiknya sabda yang keluat, seperti manumarti yang keluar sendiri.

Gendhing Pembuka madu marti,diiringi dua kendang, irama keras, wayang diam, Rama juga diam, masuk pelajaran, rep, percakapan.

Subali
1.      Sugriwa
Sugriwa
  1. Apa
2.    Janganlah takut hatimu kamu akan menerima pelajaran dariku, yang akan membuatmu lemah.

2.    Saya tidak perduli, satu gendingpun akan saya ladeni

3.      Mari berperang

3.    Iya ayo.

Gongsa gesang, perang, sugriwa kuwalahan dan menghilang ke kanan, dilanjutkan Sugriwa dari kiri, Rama Wijaya dari sisi kanan, sampai di tengah dengan tenang, kemudian hanya berdiri diam, Sugriwa malu, Rama kembali.

Gongsa Suwuk, percakapan

Sugriwa
1.      Seperti apa Gusti, yang menjadi keinginan yang Mulia, dengan mengingkari janji, Subali sama sekali tidak terkena panah, saya teramat kuwalahan dan bahkan hampir mati, Yang mulia hanya melihat saja.

Rama
1.      Iya adikku, saya lebih merasa bigung, sebab rupa kalian sama, jika saya lepaskan panah ini, bagaiman jika itu salah, kamu yang terkena, menjadi kebigungan saya akan memenah.

2.    Lantas seperti apakah Gusti, jika sampai saya tidak bisa membuuh kakang Subali, termat malu hati saya, sebab dari paduka yang mengingkari janji.

2.    jika seperti itu adikku. Kamu pakailah janur kuning, sebagai tanda, sekarang janganlah hatimu merasa kawatir, adik segeralah kembali (ke medan perang).
3.      Laksanakan Gusti

Kawin Pangkur, Sugriwa berdiri membalik, caping.
    
Satriya Rama Wijaya, merasa kasihan meliahat peperangan Subali kemudian mengangkat panah ragu-ragu, merasa ragu untuk menjatuhkan, takut senjatanya salah mengenaii temannya, Sugriwa teramat kuwalahan sedangkan rupa merek sama.
     Dilepaskan dan melesat, gongsa peajaran, Sugrima menghilang di sisi kiri, dilanjutkan waktu Subali keluar dari kiri, Sugriwa dari kanan, mereka hanya diam.
    
Gongsa rep, percakapan
Subali
1.      Kembali lagi kau sugriwa, apa akan mengaku kalah kamu.

Sugriwa
1. Kau sedang berkhayal , jika aku mengalah, Subali, oleh karena itu Sugriwa kembali lagi, telah siap menyudahi umurmu Subali, yang telah melakukan angkara murka.

2.    Hi, tak pantas Sugriwa, semakin sombong, senjata apapun tidak akan mempan, mari berperang kembali.

2.       iya Mari.


Gongsa gesang , perang Rama Wijaya berdiri di panggung kanan, bersiap memanah, subali terjatuh, berlumuran darah, percakapan.

Subali.
1.      Adik Sugriwa, siapa yang ikut campur dalam peperangan.
Sugriwa
1.    Iya kakang, ini gusti Rama Wijaya, yang saya minta untuk membantu, kesatria utama, lahir dari prabu Dasarata.

2.    Eh Rama Wijaya, nista sekali perbuatanmu sebagai kesatria, tidak berani menampakkan dadamu, menandakan kecilnya hatimu, baik budimu, (namun) salah langkah, memanah orang tidak bersalah.

2.      Iya subali (saya) Rama, kamu janganlah salah tangkap, sebab saya membantu adik sugriwa, yang sedang prihatin, oleh perbuatanmu.

3.      Jika seperti itu semakin salah jalan yang kau ambil, Sugriwa melakukan kesalahan dalam hidupnya, nista tindak tunduknya, masih saja kamu bantu, yang aku ketahui jika Rama Wijaya adalah kesatria yang berbudi, putra yang ikut menjaga bumi, akhirnya salah langkah, memanah (membuh) orang tanpa dosa.

3.      Yang harus kamu ketahui Subali, adik Subali tidak salah, ia telah melaksanakan apa yang menjadi perintahmu, oleh karena itulah berani meminta kembali dewi Tara, jika dirimu telah meninggal, bersama Mahesasura.

4.       Jadi jika seperti itu, kamu tergusur (keluar) dari darmamu. Itu sudah melanggar, karena budimu yang bodoh, nista dengan melakukan kerusakan di bumi, tak ada gunanya kamu bertapa, suka berguru, mengasihi dan menyayangi sesama titah, hatimu tanpa dosa.
4. Sebenarnya kamu lah yang berdosa kepada para dewa, rusaknya kayangan disebabkan oleh (perbuatan) mu, saling merebur istri Sugriwa gaduh oleh peperanganmu, sedangkan dewa tidak mampu melerai kalian.

5. Meskipun aku bertading seribu kali melawan Sugriwa tidak akan berdosa, karena berperang dengan satu kulit dan dading, apalagi kamu sedang bersedih, dewi Sinta diculik oleh Rahwana yang datang seenaknya, engkau marah tanpa dosa.
5. Engkau adalah pendeta, yang sudah mampu melihat (waskita) terhadap perubahan jagat raya, bagamana mungkin Rahwana kamu berikan aji Pancasona memudahkan niatnya untuk berbuat kerusakan di jagat., apalagi panah milikmu begitu utama, kepada utusan yang memeritah. Jadi kepada dirimu sendiri, engkau tidak merasa, jika menjadi bagian yang ikut merusak jagat.

Kondha
Teramat terang setelah Prabu Sugriwa, mendengarkan ucapan sang Ramabadra, sudah tidak lagi merasa resah dan samar di dalam hatinya, (perkataan) sejati itu dari keturunan Wisnu, teramat luhur hatinya, merasa tenang ia oleh dewa, dari keiklasanya, hilang dan terbuka semua napsu yang menyelimuti, sehingga membuatnya menjadi tentram, lenyap oleh Rama Wijaya, hatinya tersadar, meminta maaf dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Percakapan
Subali
1.      Duh, Gusti Rama Wijaya , saya mengucapkan permohonan maaf atas segalanya, teramat besar ampunan tuanku, teramat bahagia hati saya, sebab telah bersedia meruat ksegala kesalahn saya, melalui panah paduka.
Rama
  1. Iya adikku jika engkau telah mengerti yang menjadi kesalahanmu, engkau akan memperoleh surga.


Keprak Regawa bergerak dan kemudian duduk bersila, percakapan.
Subali
1.      Adikku Sugriwa, teramat beruntung engkau ikut dengan putra Dasaratayang seperti dewa yang menjalma, kakakmu ini yang memulainya, ruwatlah dosa ini olehmu, kelak juga akan menjadi satu di surga bersama kakak.
Sugriwa
1.    Iya kakak, amat saya perhatikan perkataan Rama kepadaku.
2.    Hai Sugriwa aku pasrahkan Dewi Tara, juga apa yang keluar dari gada, begitu juga kerajaan gua Kiskandha, kuserahkan semua untukmu adikku, juga ini adikku, kembang mas-mas terimalah, kalungkanlah di lehermu.
2.      Iya terima kasih banyak.

Lagon jugag
Kondha

Begitulah prabu Subali setelah ia saling memeberikan pengertian (pesan) kepada sang Ramasadu dan kepada adiknya senopati Sugriwa, semakin tenang hatinya, seperti itulah prabu Subali, segera bersiap untuk muksa (mati), hanya pucuk hidungnya yang tetap terlihat, berhembus nafas yang tersenggal-senggal, telah terbuka pintu dari surga, kemudian hilanglah ia tak terlihat, akhirnya tanpa ada rasa khawatir (was-was) berkah, menuju surga yang sejati, jiwa jiwa dewa.

Tlutur jugag, Subali mengembara hilang ke kiri, Rama n=berdiri  dan Sugriwa berdiri di samping.
Kondha
Ialah yang seperti itulah , sang penguasa jagat, serta senopati Sugriwa, begitu juga para bala tentara wanara (kera). Mereka saling memberikan hormat setelah moksanya Sri Subali, dari guwa Kiskandha, berjatuhan wewangian yang teramat banyak, begitu tentram dan tenang. Tidak ada satupun nyawa yang resah, kebaikan berada pada hati dua pembesar tersebut, pergilah mereka pelan-pelan.

Gongsa ayak-ayakaan, keluar dari arah kanan,
Suwuk, lagon Jugag.
 
i





[1] Manyuro             : tingkatan tinggi rendahnya nada suatu lagu dalam seni kawawitan.
[2] Kondha               : Lagon dalam gending Jawa
[3] Ayodya               :  ibukota kerajaan Kosala yang menurut susastra hindu berada di sebelah utara Sungai Gangga. Kata Ayodya dalam bahasa Sansekerta berarti “yang tidak akan kalah dalam peperangan”.
[4] Wanara                : Bala tentara kera
[5] Gunung Maliyawan : Gunung tempat para bala tentara kera yang dipimpin oleh Sugriwa.
[6] Suwuk                  : Sair yang mengawali gendhing tanpa diiringi oleh irama
[7] Senjata Capa       : Panah milik Rama Wijaya yang lebih dikenal sebagai panah Kokanda.
[8] Jagat Triloka        : Alam semesta yang meliputi Arcapada (Bumi, dunia dimana manusia tinggal), Madyapada (dunia gaib) dan Mayapada (Kadewatan, dunia luhur tempat para hapsara-hapsari sampai Batara-Batari)
[9] Gua Kiskenda     : Gua besar yang merupakan istana Subali setelah berhasil membunuh pemiliknya Maesasura dan Lembusura.
[10] Resi Gutama      : Gotama ayah dari Anjani, Subali dan Sugriwa yang merupakan brahmana di pertapaan Dewasana (Grastina)
[11] Ajian Pancasona               : Ajian yang sulit dikalahkan, dimana saat pemilik ajian ini terkena sabetan senjata akan pulih dalam waktu sekejab. (ajian Kebal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar