Pages

Senin, 17 Februari 2014

Kau Tahu Perempuan Itu Siapa?


            Ia perempuan yang haus
Ringas tak hapus
Rindu tak lerai
Ingin tak sampai

Perempuan itu selalu seperti itu, melemah dan membiarkan begitu saja pikir dangkal memenuhi rongga otaknya. Di kepalanya ada seseorang yang bukan ia. Yang begitu ia hafal bentuk wajah dan detail kontur setiap incinya. Mungkinkah ia terlalu tergesa-gesa menyebut perasaan itu sebagai cinta ?


Entah apa yang direncanakan Tuhan dari pertemuan singkat kala itu. Pertemuan yang kemudian berlanjut saling berkirim pesan hanya untuk sekadar menyapa. Dunia memang punya cara membuat dua orang yang tidak saling tahu, tiba-tiba punya rasa rindu. Hingga pada akhirnya, hati itu benar-benar terketuk dan terbuka. Bahkan namamu pun masuk dalam daftar orang yang ia sebut dalam doa. Ia percaya, namun tak yakin apakah kau juga memiliki rasa yang membiru.

Bukan kemauannya untuk terus memendam cinta, bukan juga kemauannya untuk terus diam meski ada sesuatu yang terasa. Ia terima diammu dengan cuma-cuma, ia balas dinginmu tanpa banyak bicara.

Ia sudah tahu bagaimana rasanya dicintai, meski pada akhirnya cintamu memilih untuk pergi. Ia sudah tahu rasanya diterbangkan tinggi, namun tiba-tiba dihempaskan sebelum impiannya berada ditepi. Aneh memang, betapa cinta membuatnya masih tetap menunggumu dalam sepi, mencintaimu dalam diam, dan memelukmu dalam angan. Ia mencintaimu, dan membiarkan tubuhnya menantimu. Meski ia tahu kau tak menjadikannya sebagai tujuan.

Dan demi apapun, ia hanya berani menyimpannya dan memanggilmu "Sayang" hanya dalam diam. Itu teramat cukup untuknya.



Untukmu yang tak benar-benar pergi dari hati
Dari perempuan yang kau anggap cintanya hanya sekadar mainan.

Dengan Caraku

Tempurung, mungkin engkau pernah mendengarnya. Ia berbentuk melingkar, cekung, dan memiliki ruang  di dalamnya. Ruang yang menyimpan daging buah beserta airnya. Ruang itu penuh jika masih muda dan dewasa, namun kosong ketika memasuki usia tua.
Seperti itulah manusia, ia hidup dalam perjalanan waktu, proses dari hari ini ke hari depan, bukan hari yang telah berada di belakang. Jika demikian ia mempunyai kesamaan dengan kegiatan membaca buku atau novel. Sistematis dan kronologis. Dimulai dari halaman awal dan berlanjut ke halaman selanjutnya. Runtut dan tak dapat dilompati jika ingin memahami isinya secara mendalam. Sampai di titik ini, hidup akan membaca tandanya. Seperti musim penghujan dan kemarau yang datang silih berganti melanjutkan tugasnya. Sedang manusia hanya perlu berdiri, berjalan, dan belajar. 
Dari sana, kita punya cerita, kita punya sesuatu yang dinamakan kenangan dari setiap jengkal langkah kaki yang dijalankan. Namun tak menutup kemugkinan kaki itu mungkin akan lelah berjalan, tangan boleh lelah mengepal, senyum pun juga boleh sesekali berhenti mengembang, tapi dunia kita tidak lah berada di dalam tempurung kelapa yang hanya berkutat soal daging buah atau airnya. Masih ada tanah yang di dalamnya menyimpan kekayaan, masih ada udara yang membawa kehidupan, angin yang membawa kesegaran, awan yang pada masanya akan memembawa rintik yang disebut hujan, hingga api yang dibilang panas oleh kebanyakan orang..
Hidup bagai hujan. Turun, menguap, ada. Tanpa-beban apa-apa.
Inilah yang disebut perjuangan sayang...