Pages

Senin, 17 Februari 2014

Dengan Caraku

Tempurung, mungkin engkau pernah mendengarnya. Ia berbentuk melingkar, cekung, dan memiliki ruang  di dalamnya. Ruang yang menyimpan daging buah beserta airnya. Ruang itu penuh jika masih muda dan dewasa, namun kosong ketika memasuki usia tua.
Seperti itulah manusia, ia hidup dalam perjalanan waktu, proses dari hari ini ke hari depan, bukan hari yang telah berada di belakang. Jika demikian ia mempunyai kesamaan dengan kegiatan membaca buku atau novel. Sistematis dan kronologis. Dimulai dari halaman awal dan berlanjut ke halaman selanjutnya. Runtut dan tak dapat dilompati jika ingin memahami isinya secara mendalam. Sampai di titik ini, hidup akan membaca tandanya. Seperti musim penghujan dan kemarau yang datang silih berganti melanjutkan tugasnya. Sedang manusia hanya perlu berdiri, berjalan, dan belajar. 
Dari sana, kita punya cerita, kita punya sesuatu yang dinamakan kenangan dari setiap jengkal langkah kaki yang dijalankan. Namun tak menutup kemugkinan kaki itu mungkin akan lelah berjalan, tangan boleh lelah mengepal, senyum pun juga boleh sesekali berhenti mengembang, tapi dunia kita tidak lah berada di dalam tempurung kelapa yang hanya berkutat soal daging buah atau airnya. Masih ada tanah yang di dalamnya menyimpan kekayaan, masih ada udara yang membawa kehidupan, angin yang membawa kesegaran, awan yang pada masanya akan memembawa rintik yang disebut hujan, hingga api yang dibilang panas oleh kebanyakan orang..
Hidup bagai hujan. Turun, menguap, ada. Tanpa-beban apa-apa.
Inilah yang disebut perjuangan sayang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar