Pages

Selasa, 07 Januari 2014

ANALISIS UNGKAPAN JAWA BERIDIOM NAMA HEWAN DALAM KAJIAN SEMANTIK


Abstrak
Nama                         : Aini Machmudah
Program Stidi              : Sastra Jawa
Judul                          : Analisis Ungkapan Jawa Beridiom Nama Hewan dalam Kajian Semantik.

Makalah ini berisi pemahaman mengenai ungkapan Jawa yang menggunakan idiom nama hewan dalan kajian semantik. Makna yang dikaji berupa makna kiasan yang  berupa makna refersensial dan makna target. Analisis yang digunakanberupa analisis kompenen hingga pada akhirnya dapat ditemukan makna dari setiap peribahasa dan ungkapan Jawa yang beridiom nama hewan.

Kata kunci:
Ungkapan Jawa, Idiom nama hewan, makna referensial, makna target.

1.1 Latar Belakang
 
        Makna merupakan penghubung bahasa dengan dunia luar. Ia hadir dalam benuk kontruksi sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti dan dipahami maksudnya.
        Setiap Individu dalam kehidupan masyarakat Jawa memeiliki kewajiban moral untuk menghormati tata kehidupan. Bahkan perilaku orang Jawa dengan menunjukkkan ekpresi diri dalam kehidupan sosial di masyarakat, yakni rasa marah, rasa kesal, rasa kecewa dunilai perilaku yang tidak sopan. Hal tersebut didukung pula oleh pernyataan Hildred Geertz yang menyatakan “Bahwa dalam sistem nilai Jawa tidak memberi  banyak peluang bagi ekpresi individual yang terbuka” (Mulder, 1983: 47)
            Secara sosial, setiap individu khususnya yang memegang teguh tatanan Jawa dilarang mengungkapkan perasaan, keinginannya dan kehendaknya secara langsung (to the point). Oleh karena itu, orang Jawa lebih sering bertindak secara pragmatik, baik ketika perprilaku maupun ketika bertutur kata. Dengan kepragmatikan itulah, terkadang orang terjebak dalam pencarian makna tersebut. Salah satunya dalam ungkapan Jawa yang memiliki makna kias.
            Ajaran budaya Jawa mengenai nilai-nilai kearifan dalam kehidupan banyak disampaikan melalui ungkapan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dalam ungkapan Jawa terdapat adanya sitem tanda dan simbol budaya, sehingga maknanya dapat diinterprestasikan dan diaplikasikan dalam kehidupan.
            Di dalam khasanah sastra Jawa, dikenal berbagai bentuk ungkapan yang meliputi paribasan, panyandra, pepindhan, isbat, saloka, atau bebasan, dan tembung entar. Ungkapan-ungkapan tersebut merupakan ungkapan tradisional yang diangkat dan ditemukan dalam karya sastra dan tradisi lisan yang menyiratkan realitas kehidupan faktual dan fenomena. Semua itu merupakan bentuk ungkapan yang berisi makna  kiasan dengan sarana kontruksi idiom, misalnya idiom nama hewan, tumbuhan, kota, manusia, dan sebagainya. Penggunaan idiom-idiom tersebut sebagai sarana penggambaran suatu keadaan.
            Pepatah Jawa “Asu gedhe menang kerahe” merupakan satu contoh dari sekian banyak ungkapan Jawa yang menggunakan idiom nama hewan. Ungkapan Asu gedhe menang kerahe, mengandung penjelassan bahwa orang yang memiliki pangkat tinggi pasti memiliki kuasa yang tinggi pula.
            Berawal dati itulah penulis hendak menganalisis peribahasa Jawa yang menggunakan idiom nama hewan yang secara lebih lanjut merupakan gambaran keadaan, baik realitas yang terjadi, sindiran, sarkasame, dan suatu pernyaataan yang paradoks dalam kajian semantik.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, penelitian ini mengemukakan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Ungkapan atau peribahasa Jawa apa saja yang mengunakan idiom hewan?
2. Apa makna yang disampaikan dalam peribahasa beridiom nama hewan tersebut?

1.3 Metode Analisis
            Metode yang digunakan oleh penulis dalam makalah ini adalah metode kualitatif yaitu menemukan makna secara deskritif. Dengan metode ini, akan dapat ditemukan makna dari kata yang terdapat dalam peribahasa baik makna referensial maupun makna pragmatik yang menyatakan keadaan, timdakan, maupun sifat manusia. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain:
    1.      Tahap penjaringan data, dilakukan dengan teknik pencatatan peribahasa Jawa dari berbagai literatur.
     2.      Penggolahan data, dilakukan dengan cara pengklasifikasian peribahasa Jawayang mengguanakan idiom berupa nama hewan.
    3.      Analisis data yang digunakan untuk mendapatkan konsep atau wacana (makna referensial maupun makna pragmatik) dari setiap peribahasa yang menggunakan idiom nama hewan.
     4.      Kesimpulan.

1.4 Analisis Data
     A.    Pengantar
          Bagian analisis ini bertujuan untuk menjawab masalah yang telah dikemukan sebelumnya mengenai ungkapan Jawa yang mengguanakan idiom nama hewan. Analisis kompenen merupakan metode untuk memecah sebuah unsur atas bagian-bagian yang lebih kecil. Untuk menemukan makana kata yang terdapat dalam pepatah Jawa. Diperlukan analisis kompenen makana. Analisis kompenen makna adalah pemyelidikan suatu makna kata dengan memecahnya menjadi kompenen-kompenen (Harimurti, 2008). Dalam penelitian ini analisis kompenen makna digunkan untuk  menemukan kompenen objek source (S) makna referensial dan target (T) serta relevansi makna antara kedua hal tersebut.

     B.     Ananlisis Ungkapan

1.        Ana Gula ana semut.
·         Makna referensial        : Ketika di suatu tempat ada gula, di sana akan ada semut yang mencari makan.
·         Makna target               : ‘papan sing akeh rejekine, mesthi akeh sing’ nekani. Ketika suatu tempat (daerah) memiliki potensi yang besar, maka di sana akan ada banyak pendatang untuk mencari rizeki.
2.        Asu arebut balung. ( paribasan )
·         Makna referensial        : Anjing yang saling berebut tulang
·         Makna target               : ‘pepadon rebutan prakara sepele’  saling berebut hal dan perkara yang sama sekali tidak ada gunanya.
3.        Asu belang kalung wang (paribasan)
·         Makna referensial        : anjing belang yang berkalung uang
·         Makna target               : ‘wong cilik (ora duwe pangkat) ananging sugih’ orang kecil yang tidak memiliki kedudukan akan tetapi hidup kaya dan sejahtera.
4.        Asu gedhe menang kerahe (parikan)
·         Makna referensial        : Anjing besar pasti menang saat berkelahi
·         Makna target               : ‘wong sing kuwat (dhuwur pangkate) mesthi menang lan gedhe panguwasane’ Ketika orang memiliki kedudukan yang tinggi maka ia juga akan memiliki kekuasaan yang tinggi pula.
5.      Asu marani gebuk
·         Makna referensial        : Anjing yang sengaja datang untuk dipukul
·         Makna target               : ‘njarak/sengaja marani bebaya’ orang yang sengaja mencari-cari dan melakukan hal yang berbahaya.
6.        Bebek mungsuh mliwis
·         Makna referensial        : Bebek melawan blibis
·         Makna target               : ‘wong pinter mungsuh wong sing padha pintere’ orang pandai yang saling berkompetisi melawan orang yang sama-sama pandai.
7.        Belo melu seton  
·         Makna referensial        : Anak kuda ikut merayakan malam minggu
·         Makna target               : ‘manut grubyuk ora ngerti karebe’ hanya sekadar ikut-ikutan namun tidak tahu esensinya.
8.        Cecak nguntal empyak (cagak)
·         Makna referensial        : seekor cicak yang mencoba menelan tiang.
·         Makna target               : ‘gegayuhan kang ora imbang karo kekuatane’ Seperti mencoba merealisasikan keinginan dan impian yang tidak sesuai dengan kemampuan. 

1.5 Penutup
Kesimpulan
          Ungkapan dan peribahasa Jawa baik yang berbentuk bebasan, parikan, paribasan, sanepa, saloka merupakan ungkapan yang menggambarkan keadaan manusia. Keadaan tersebut dapat berupa ajaran kehidupan manusia, fakta realaitas yang tidak biasa terjadi, sindiran, sarkasme, dan suatu kenyataan yang paradok. Keseluruhan itu disampaikan melalui sarana bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan.  Bahasa tersebut kemudian perlu dimaknai agar mampu dimengerti dan difamahami maksud dan isinya.
          Peribahasa Jawa sebagai bentuk ungkapan yang berisi makna  kiasan dengan sarana kontruksi idiom. Berikut ini idiom nama hewan yang sering digunakan dalam peribahas Jawa meliputi idiom : asu, kebo, jaran, iwak, belo, macan, kidang, yuyu, gajah, cecak, emprit, mliwis, welut, semut, bebek, kethek, pitik, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Poerwadarminta, WJS. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitgevers-Maatschappij N.V.
Sudaryanto. 2001. Kamus Pepak Basa Jawa. Yogyakarta: Badan Pekerja Kongres Bahasa Jawa Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yana, MH. 2010. Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Absolut.
Rachmatullah, Asep. 2009. Falsafah Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Logung Pustaka.
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar