Sugriwa-Subali
Lelagon Yayasan Paguron Taman Siswa
Cuplikan kisah tewasnya
Subali.
Dimulai
dari lagu manyuro[1] utuh,
pemain wayang menuju ke depan, Ragawa sebelah kanan, Sugriwa kiri, melangkah ke
depan bersama.
Kondha[2]
Tersebutlah,
yaitu bertemunya ia, kesatria
dari Ayodya[3], yang
dinanti-nantikan raden Regawa, atau risang Rama Wijaya, dengan risang raja para
Wanara[4]
senopati Sugriwa, yang menjadi awal pertemuan mereka, senopati Sugriwa sangat besahabat
hatinya, sebab sangat baiknya ia, dan kakaknya prabu Subali sebab atas
kesombongan merebut istrinya, arum sang Dyah Tara terkasih, Prabu Sugriwa -----
di gunung Maliyawan[5],
Gendhing
pembuka prabu anom, radrang dua kendang.
Suara lirih, pemain wayang maju ke
panggung depan.
Kondha
Yaitu,
kesatria dari Ayodya rasi Rama Wijaya, yang sedang duduk di kursi gading, prabu
Sugriwa begitu senang akan kedatangan
Rama Wijaya di
gunung Maliyawan, amat senangnya prabu
Sugriwa begitu juga semua bala tentara Wanara (kera) terlihat begitu tenang dan
tentram hatinya, karena kedatangan risang titisan Wisnu di sana, Sugriwa
mengahaturkan rasa terimakasihnya.
Suwuk[6]
lagu jugag, percakapan
Sugriwa
1. Permisi
tuwan, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran paduka
Rama
- Iya saudaraku (adikku) prabu Sugriwa, semua kesalahanku semoga sirna di waktu ini, sama-sama adikku.
2. Terimalah
hormat saya, atas kedatangan paduka di Maliyawan.
2. Iya
adikku, semua saya terima, kita telah bertemu,
ada hal penting apa adikku.
3. Sang
Gusti, (yang Mulia) teramat sedih hati, dari peperangan saya dengan Subali,
karena kakak saya telah merebut dewi Tara, tidak lebih sirnanya kakak Subali,
saya serahkan ke paduka. (persilahkan)
3.
Iya adikku, apa kamu sudah rela atas
sirnanya kakakmu oleh tanganmu sendiri.
4. Kenapa
saya harus tidak rela Gusti.
4.
Iya adikku, tetapi pusakaku , senjata capa[7]
yang bisa menewaskan kakakmu Subali.
5.
Permisi Gusti, kakak saya Subali amatlah
sakti mandraguna di jagat Triloka[8],
tidak ada yang bisa menandigi, saya mohon pertanda, dari pemberian paduka,
semoga terbantu sebab
Gongsa
pelajaran, semua tokoh pewayangan menuju ke kiri, kemudian dilanjutkan
keluarnya Rama dengan membawa busur panah, Sugriwa dari kanan, sugriwa berdiri
di bagian belakang, kemudian bersila sampai laras kondha, berdiri diam agak
miring, Rama diam berada di depan.
Gongsa rep Percakapan
Rama
- Apa itu bentuk dari pohon aren yang berjajar tujuh
Sugriwa
1. Iya
benar Gusti
2. Datanglah adikku
untuk mengamati, laju dari panahku. Jika dirimu telah yakin, janganlah kamu
merasa ragu di dalam hati.
2. Iya,
saya laksanakan
Kondha
Seperti
itulah, risang Rama Wijaya, yang memegang senjata miliknya, yang bernama senjata
capa, seraya mengheningkan diri tentang keutamaan. Telah sesuai denganhati yang
murni, hanya pucuk bedhor yang telihat di sana, terlihat berkilau sebesar
merica yang terambil, senjata Capa siap (segera) dilepaskan, tepat mengenai pohon aren yang
berjajar tujuh, dari kereda hingga mencapai pohon.
Gongsa
gesang (kehidupan), kemudian Rama menuju pohon aren, ke depan, berujar.
Rama
- Seperti apa adikku, kamu mengamati panah kakang,
Sugriwa
1. Sang
Gusti, teramat meperkuat hati gusti, begitu besar keyakinan hati saya, mohon izin agar beragkat sekarang, menuju gua
Kiskandha[9],
membasmi kakang Subali
2. Iya
adiku, semoga selamat langkahmu
2. Iya
terima kasih saya, Sang gusti jika nanti saya telah sampai pada kakang, mohon
tancapkan senjata Sapanunteng.
- iya baiklah, oleh karena itu maka adikku segeralah berangkat,
3. iya laksanakan Gusti
Gongsa gesang, Sugriwa menuju ke kiri, Rama dewa,
berjongkok, suwuk, tokoh wayang keluar dari kanan kiri.
Kondha
Setelah
itu, yang diperdengarkan lagu kondha, yaitu mereka berdua adalah putra rasi
Gutama[10],
yang bernama prabu Subali dan senopati Sugriwa, yang mempunyai keinginan dan
bitutama, sama-sama merupakan keturunan orang yang suka bertapa, terputus oleh
pecahnya peperagan, yang begitu sakti mandraguna, seperti itulah pecahnya kondha, :prabu Subali bersama adiknya, bersiap
di tempat yang telah dibayangkan untuk siap
melanjutkan keinginan dan niatnya masing-masing, dan di sanalah ia (Subali)
keluar dari gua Kiskandha, siaplah mereka berperang di medan laga.
Gendhing
pembuka siap berpernag, irama keras, dua kendang berbunyi bersama, menuju ke
depan gawang diam, di depan.
Kondha
Kondha
Yaitu
tersebutlahlah, senopati Sugriwa, yang mengalami pergolakan dengan saudaranya,
sekarang telah siap, saling pandang memandang tanpa ragu-ragu, iya seperti
itulah pengorbanan dari senopati Sugriwa, [ ini kakang Subali, saya lihat
semakin berkurang karismanya, apakah sudah mengetahui yang akan menjadi jalanmu
sakarang ini, terlihat sedikit lemah, iya meskipun engkau memiliki ajian
pancasona[11], aku
tidak lantas takut, terkena senjata sapa akan hilang nyawamu] begitu juga
keteguhan hati prabu Subali [ini adikku Sugriwa, perbuatanmu begitu berlebih,
sombong sekali seperti saat bertempur di kayangan, iya meskipun begitu sakti,
sejuta niat, aku tidak akan pernah takut] kedua pembesar tersebut saling bersiap
dan waspada.
Seseg suwuk, ada-ada, capeng, percakapan
Subali
1. Ini
adikku senopati Sugriwa, kedatanganmu membawa bala tentara, apakah masih merasa
kecewa hatimu.
Sugriwa
- Iya kakang subali, belum lega hari saya, jika belum bisa merampas nyawamu.
2.
Sombong sekali dirimu sugriwa, apa yang
kamu bangggakan, di jagat triloka, siapa yang bisa menandingi Subali,
kesaktianmu sudah terlihat, tidak akan mampu menandingi subali
2. Saya
tidak perduli, jika kamu tidak menyerahkan dewi Tara, pasti tidak akan selamat
jalanmu.
3. Sugriwa
ketahuilah, dewi Tara sudah semestinya menjadi istri Subali, karena sirnanya
Mahesasura dari tanganku.
- Kakang Subali tak tahu malu, meskipun Mahesasura tewas olehmu, dewi Tara sudah diserahkan kepada saya, sebab atas kesalahan dari perjanjianmu sendiri, tidak dari kesalahanku.
4. Ngeyel
bicaramu Sugriwa
4. Saya
tidak perduli
5. iya hanya tinggal satu kali ini saja Sugriwa,
kamu menyalahi matahari dan bulan, mari berperang tanding.
- Iya mari.
Kondha
Seperti itulah
keduanya, yang berniat melakukan peperanga, menunjukkan kesaktiannya di medan
laga, oleh karena sama-sama atas dasar kependetaan mereka, dan juga
masing-masing di dewa. sedangkan Ramabadra
dengan busur perangnya berada di kiri Sugriwa, mengapit dan bersebelahan
dengan para bala tentara Wanara, Sang Ramabadra tidak henti-hentinya memberikan
sabda kepada para wadya Wanara, selalu diberi pitutur dan piwulang dalam
kebijaksanaan, dan segala kesulsilaan, dengan begitu baiknya sabda yang keluat,
seperti manumarti yang keluar sendiri.
Gendhing Pembuka madu marti,diiringi dua kendang,
irama keras, wayang diam, Rama juga diam, masuk pelajaran, rep, percakapan.
Subali
1.
Sugriwa
Sugriwa
- Apa
2. Janganlah
takut hatimu kamu akan menerima pelajaran dariku, yang akan membuatmu lemah.
2. Saya
tidak perduli, satu gendingpun akan saya ladeni
3. Mari
berperang
3. Iya
ayo.
Gongsa gesang, perang, sugriwa
kuwalahan dan menghilang ke kanan, dilanjutkan Sugriwa dari kiri, Rama Wijaya
dari sisi kanan, sampai di tengah dengan tenang, kemudian hanya berdiri diam,
Sugriwa malu, Rama kembali.
Gongsa
Suwuk, percakapan
Sugriwa
1. Seperti
apa Gusti, yang menjadi keinginan yang Mulia, dengan mengingkari janji, Subali
sama sekali tidak terkena panah, saya teramat kuwalahan dan bahkan hampir mati,
Yang mulia hanya melihat saja.
Rama
1.
Iya adikku, saya lebih merasa bigung,
sebab rupa kalian sama, jika saya lepaskan panah ini, bagaiman jika itu salah,
kamu yang terkena, menjadi kebigungan saya akan memenah.
2. Lantas
seperti apakah Gusti, jika sampai saya tidak bisa membuuh kakang Subali, termat
malu hati saya, sebab dari paduka yang mengingkari janji.
2. jika
seperti itu adikku. Kamu pakailah janur kuning, sebagai tanda, sekarang
janganlah hatimu merasa kawatir, adik segeralah kembali (ke medan perang).
3.
Laksanakan
Gusti
Kawin Pangkur, Sugriwa
berdiri membalik, caping.
Satriya
Rama Wijaya, merasa kasihan meliahat peperangan Subali kemudian mengangkat
panah ragu-ragu, merasa ragu untuk menjatuhkan, takut senjatanya salah
mengenaii temannya, Sugriwa teramat kuwalahan sedangkan rupa merek sama.
Dilepaskan
dan melesat, gongsa peajaran, Sugrima menghilang di sisi kiri, dilanjutkan
waktu Subali keluar dari kiri, Sugriwa dari kanan, mereka hanya diam.
Gongsa rep, percakapan
Subali
1. Kembali
lagi kau sugriwa, apa akan mengaku kalah kamu.
Sugriwa
1. Kau
sedang berkhayal , jika aku mengalah, Subali, oleh karena itu Sugriwa kembali
lagi, telah siap menyudahi umurmu Subali, yang telah melakukan angkara murka.
2. Hi, tak pantas Sugriwa, semakin
sombong, senjata apapun tidak akan mempan, mari berperang kembali.
2. iya Mari.
Gongsa gesang , perang Rama Wijaya berdiri di
panggung kanan, bersiap memanah, subali terjatuh, berlumuran darah, percakapan.
Subali.
1. Adik
Sugriwa, siapa yang ikut campur dalam peperangan.
Sugriwa
1. Iya
kakang, ini gusti Rama Wijaya, yang saya minta untuk membantu, kesatria utama,
lahir dari prabu Dasarata.
2. Eh
Rama Wijaya, nista sekali perbuatanmu sebagai kesatria, tidak berani
menampakkan dadamu, menandakan kecilnya hatimu, baik budimu, (namun) salah
langkah, memanah orang tidak bersalah.
2. Iya
subali (saya) Rama, kamu janganlah salah tangkap, sebab saya membantu adik
sugriwa, yang sedang prihatin, oleh perbuatanmu.
3. Jika
seperti itu semakin salah jalan yang kau ambil, Sugriwa melakukan kesalahan
dalam hidupnya, nista tindak tunduknya, masih saja kamu bantu, yang aku ketahui
jika Rama Wijaya adalah kesatria yang berbudi, putra yang ikut menjaga bumi,
akhirnya salah langkah, memanah (membuh) orang tanpa dosa.
3.
Yang harus kamu ketahui Subali, adik
Subali tidak salah, ia telah melaksanakan apa yang menjadi perintahmu, oleh
karena itulah berani meminta kembali dewi Tara, jika dirimu telah meninggal,
bersama Mahesasura.
4. Jadi jika seperti itu, kamu tergusur (keluar)
dari darmamu. Itu sudah melanggar, karena budimu yang bodoh, nista dengan
melakukan kerusakan di bumi, tak ada gunanya kamu bertapa, suka berguru,
mengasihi dan menyayangi sesama titah, hatimu tanpa dosa.
4.
Sebenarnya kamu lah yang berdosa kepada para dewa, rusaknya kayangan disebabkan
oleh (perbuatan) mu, saling merebur istri Sugriwa gaduh oleh peperanganmu, sedangkan
dewa tidak mampu melerai kalian.
5.
Meskipun aku bertading seribu kali melawan Sugriwa tidak akan berdosa, karena
berperang dengan satu kulit dan dading, apalagi kamu sedang bersedih, dewi
Sinta diculik oleh Rahwana yang datang seenaknya, engkau marah tanpa dosa.
5.
Engkau adalah pendeta, yang sudah mampu melihat (waskita) terhadap perubahan
jagat raya, bagamana mungkin Rahwana kamu berikan aji Pancasona memudahkan
niatnya untuk berbuat kerusakan di jagat., apalagi panah milikmu begitu utama,
kepada utusan yang memeritah. Jadi kepada dirimu sendiri, engkau tidak merasa,
jika menjadi bagian yang ikut merusak jagat.
Kondha
Teramat
terang setelah Prabu Sugriwa, mendengarkan ucapan sang Ramabadra, sudah tidak
lagi merasa resah dan samar di dalam hatinya, (perkataan) sejati itu dari
keturunan Wisnu, teramat luhur hatinya, merasa tenang ia oleh dewa, dari
keiklasanya, hilang dan terbuka semua napsu yang menyelimuti, sehingga
membuatnya menjadi tentram, lenyap oleh Rama Wijaya, hatinya tersadar, meminta
maaf dengan nafas yang tersenggal-senggal.
Percakapan
Subali
1.
Duh, Gusti Rama Wijaya , saya
mengucapkan permohonan maaf atas segalanya, teramat besar ampunan tuanku,
teramat bahagia hati saya, sebab telah bersedia meruat ksegala kesalahn saya,
melalui panah paduka.
Rama
- Iya adikku jika engkau telah mengerti yang menjadi kesalahanmu, engkau akan memperoleh surga.
Keprak
Regawa bergerak dan kemudian duduk bersila, percakapan.
Subali
1.
Adikku Sugriwa, teramat beruntung engkau
ikut dengan putra Dasaratayang seperti dewa yang menjalma, kakakmu ini yang
memulainya, ruwatlah dosa ini olehmu, kelak juga akan menjadi satu di surga
bersama kakak.
Sugriwa
1.
Iya kakak, amat saya perhatikan
perkataan Rama kepadaku.
2.
Hai Sugriwa aku pasrahkan Dewi Tara,
juga apa yang keluar dari gada, begitu juga kerajaan gua Kiskandha, kuserahkan
semua untukmu adikku, juga ini adikku, kembang mas-mas terimalah, kalungkanlah
di lehermu.
2.
Iya terima kasih banyak.
Lagon jugag
Kondha
Begitulah
prabu Subali setelah ia saling memeberikan pengertian (pesan) kepada sang
Ramasadu dan kepada adiknya senopati Sugriwa, semakin tenang hatinya, seperti
itulah prabu Subali, segera bersiap untuk muksa (mati), hanya pucuk hidungnya
yang tetap terlihat, berhembus nafas yang tersenggal-senggal, telah terbuka
pintu dari surga, kemudian hilanglah ia tak terlihat, akhirnya tanpa ada rasa
khawatir (was-was) berkah, menuju surga yang sejati, jiwa jiwa dewa.
Tlutur
jugag, Subali mengembara hilang ke kiri, Rama n=berdiri dan Sugriwa berdiri di samping.
Kondha
Ialah
yang seperti itulah , sang penguasa jagat, serta senopati Sugriwa, begitu juga
para bala tentara wanara (kera). Mereka saling memberikan hormat setelah
moksanya Sri Subali, dari guwa Kiskandha, berjatuhan wewangian yang teramat
banyak, begitu tentram dan tenang. Tidak ada satupun nyawa yang resah, kebaikan
berada pada hati dua pembesar tersebut, pergilah mereka pelan-pelan.
Gongsa ayak-ayakaan, keluar dari
arah kanan,
Suwuk, lagon Jugag.
i
[1]
Manyuro : tingkatan tinggi
rendahnya nada suatu lagu dalam seni kawawitan.
[2]
Kondha : Lagon dalam gending Jawa
[3] Ayodya : ibukota kerajaan Kosala yang menurut
susastra hindu berada di sebelah utara Sungai Gangga. Kata Ayodya dalam bahasa
Sansekerta berarti “yang tidak akan kalah dalam peperangan”.
[4]
Wanara : Bala tentara kera
[5] Gunung Maliyawan : Gunung
tempat para bala tentara kera yang dipimpin oleh Sugriwa.
[6]
Suwuk : Sair yang mengawali gendhing tanpa diiringi oleh
irama
[7]
Senjata Capa : Panah milik Rama
Wijaya yang lebih dikenal sebagai panah Kokanda.
[8] Jagat Triloka : Alam semesta yang meliputi Arcapada
(Bumi, dunia dimana manusia tinggal), Madyapada (dunia gaib) dan Mayapada
(Kadewatan, dunia luhur tempat para hapsara-hapsari sampai Batara-Batari)
[9] Gua Kiskenda : Gua besar yang merupakan istana Subali
setelah berhasil membunuh pemiliknya Maesasura dan Lembusura.
[10] Resi Gutama : Gotama ayah dari Anjani, Subali dan
Sugriwa yang merupakan brahmana di pertapaan Dewasana (Grastina)
[11] Ajian Pancasona : Ajian yang sulit dikalahkan,
dimana saat pemilik ajian ini terkena sabetan senjata akan pulih dalam waktu
sekejab. (ajian Kebal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar