Abstrak
Nama :
Aini Machmudah
Program Stidi : Sastra Jawa
Judul :
Analisis Ungkapan Jawa Beridiom Nama Hewan dalam Kajian Semantik.
Makalah
ini berisi pemahaman mengenai ungkapan Jawa yang menggunakan idiom nama hewan dalan
kajian semantik. Makna yang dikaji berupa makna kiasan yang berupa makna refersensial dan makna target.
Analisis yang digunakanberupa analisis kompenen hingga pada akhirnya dapat
ditemukan makna dari setiap peribahasa dan ungkapan Jawa yang beridiom nama
hewan.
Kata
kunci:
Ungkapan
Jawa, Idiom nama hewan, makna referensial, makna target.
1.1
Latar Belakang
Makna
merupakan penghubung bahasa dengan dunia luar. Ia hadir dalam benuk kontruksi
sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti dan
dipahami maksudnya.
Setiap
Individu dalam kehidupan masyarakat Jawa memeiliki kewajiban moral untuk
menghormati tata kehidupan. Bahkan perilaku orang Jawa dengan menunjukkkan
ekpresi diri dalam kehidupan sosial di masyarakat, yakni rasa marah, rasa
kesal, rasa kecewa dunilai perilaku yang tidak sopan. Hal tersebut didukung
pula oleh pernyataan Hildred Geertz yang menyatakan “Bahwa dalam sistem nilai
Jawa tidak memberi banyak peluang bagi
ekpresi individual yang terbuka” (Mulder, 1983: 47)
Secara
sosial, setiap individu khususnya yang memegang teguh tatanan Jawa dilarang
mengungkapkan perasaan, keinginannya dan kehendaknya secara langsung (to the point). Oleh karena itu, orang
Jawa lebih sering bertindak secara pragmatik, baik ketika perprilaku maupun
ketika bertutur kata. Dengan kepragmatikan itulah, terkadang orang terjebak
dalam pencarian makna tersebut. Salah satunya dalam ungkapan Jawa yang memiliki
makna kias.
Ajaran
budaya Jawa mengenai nilai-nilai kearifan dalam kehidupan banyak disampaikan
melalui ungkapan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dalam ungkapan Jawa
terdapat adanya sitem tanda dan simbol budaya, sehingga maknanya dapat
diinterprestasikan dan diaplikasikan dalam kehidupan.
Di
dalam khasanah sastra Jawa, dikenal berbagai bentuk ungkapan yang meliputi paribasan, panyandra, pepindhan, isbat,
saloka, atau bebasan, dan tembung
entar. Ungkapan-ungkapan tersebut merupakan ungkapan tradisional yang diangkat
dan ditemukan dalam karya sastra dan tradisi lisan yang menyiratkan realitas
kehidupan faktual dan fenomena. Semua itu merupakan bentuk ungkapan yang berisi
makna kiasan dengan sarana kontruksi
idiom, misalnya idiom nama hewan, tumbuhan, kota, manusia, dan sebagainya.
Penggunaan idiom-idiom tersebut sebagai sarana penggambaran suatu keadaan.
Pepatah
Jawa “Asu gedhe menang kerahe” merupakan satu contoh dari sekian banyak
ungkapan Jawa yang menggunakan idiom nama hewan. Ungkapan Asu gedhe menang kerahe, mengandung penjelassan bahwa orang yang
memiliki pangkat tinggi pasti memiliki kuasa yang tinggi pula.
Berawal
dati itulah penulis hendak menganalisis peribahasa Jawa yang menggunakan idiom
nama hewan yang secara lebih lanjut merupakan gambaran keadaan, baik realitas
yang terjadi, sindiran, sarkasame, dan suatu pernyaataan yang paradoks dalam
kajian semantik.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, penelitian
ini mengemukakan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Ungkapan atau peribahasa Jawa apa
saja yang mengunakan idiom hewan?
2. Apa makna yang disampaikan dalam peribahasa
beridiom nama hewan tersebut?
1.3
Metode Analisis
Metode
yang digunakan oleh penulis dalam makalah ini adalah metode kualitatif yaitu
menemukan makna secara deskritif. Dengan metode ini, akan dapat ditemukan makna
dari kata yang terdapat dalam peribahasa baik makna referensial maupun makna
pragmatik yang menyatakan keadaan, timdakan, maupun sifat manusia. Ada beberapa
tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Tahap penjaringan data, dilakukan dengan
teknik pencatatan peribahasa Jawa dari berbagai literatur.
2.
Penggolahan data, dilakukan dengan cara
pengklasifikasian peribahasa Jawayang mengguanakan idiom berupa nama hewan.
3.
Analisis data yang digunakan untuk
mendapatkan konsep atau wacana (makna referensial maupun makna pragmatik) dari
setiap peribahasa yang menggunakan idiom nama hewan.
4.
Kesimpulan.
1.4 Analisis Data
A. Pengantar
Bagian
analisis ini bertujuan untuk menjawab masalah yang telah dikemukan sebelumnya
mengenai ungkapan Jawa yang mengguanakan idiom nama hewan. Analisis kompenen merupakan
metode untuk memecah sebuah unsur atas bagian-bagian yang lebih kecil. Untuk
menemukan makana kata yang terdapat dalam pepatah Jawa. Diperlukan analisis
kompenen makana. Analisis kompenen makna adalah pemyelidikan suatu makna kata
dengan memecahnya menjadi kompenen-kompenen (Harimurti, 2008). Dalam penelitian
ini analisis kompenen makna digunkan untuk menemukan kompenen objek source (S) makna referensial dan target (T) serta relevansi makna antara kedua hal tersebut.
B.
Ananlisis
Ungkapan
1.
Ana Gula ana semut.
·
Makna referensial : Ketika di suatu tempat ada gula, di sana akan ada semut
yang mencari makan.
·
Makna target : ‘papan sing
akeh rejekine, mesthi akeh sing’ nekani. Ketika suatu tempat (daerah)
memiliki potensi yang besar, maka di sana akan ada banyak pendatang untuk
mencari rizeki.
2.
Asu arebut balung. ( paribasan )
·
Makna referensial : Anjing yang saling berebut tulang
·
Makna target : ‘pepadon rebutan prakara sepele’ saling berebut hal dan perkara yang sama
sekali tidak ada gunanya.
3.
Asu belang kalung wang (paribasan)
·
Makna referensial : anjing belang yang berkalung uang
·
Makna target : ‘wong cilik
(ora duwe pangkat) ananging sugih’ orang kecil yang tidak memiliki
kedudukan akan tetapi hidup kaya dan sejahtera.
4.
Asu gedhe menang kerahe (parikan)
·
Makna referensial : Anjing besar pasti menang saat berkelahi
·
Makna target : ‘wong sing
kuwat (dhuwur pangkate) mesthi menang lan gedhe panguwasane’ Ketika orang
memiliki kedudukan yang tinggi maka ia juga akan memiliki kekuasaan yang tinggi
pula.
5.
Asu marani gebuk
·
Makna referensial : Anjing yang sengaja datang untuk dipukul
·
Makna target : ‘njarak/sengaja
marani bebaya’ orang yang sengaja mencari-cari dan melakukan hal yang
berbahaya.
6.
Bebek mungsuh mliwis
·
Makna referensial : Bebek melawan blibis
·
Makna target : ‘wong pinter
mungsuh wong sing padha pintere’ orang pandai yang saling berkompetisi
melawan orang yang sama-sama pandai.
7.
Belo melu seton
·
Makna referensial : Anak kuda ikut merayakan malam minggu
·
Makna target : ‘manut grubyuk
ora ngerti karebe’ hanya sekadar ikut-ikutan namun tidak tahu esensinya.
8.
Cecak nguntal empyak (cagak)
·
Makna referensial : seekor cicak yang mencoba menelan tiang.
·
Makna target : ‘gegayuhan
kang ora imbang karo kekuatane’ Seperti mencoba merealisasikan keinginan
dan impian yang tidak sesuai dengan kemampuan.
1.5
Penutup
Kesimpulan
Ungkapan dan
peribahasa Jawa baik yang berbentuk bebasan, parikan, paribasan, sanepa, saloka
merupakan ungkapan yang menggambarkan keadaan manusia. Keadaan tersebut dapat
berupa ajaran kehidupan manusia, fakta realaitas yang tidak biasa terjadi,
sindiran, sarkasme, dan suatu kenyataan yang paradok. Keseluruhan itu
disampaikan melalui sarana bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Bahasa tersebut kemudian perlu dimaknai agar
mampu dimengerti dan difamahami maksud dan isinya.
Peribahasa
Jawa sebagai bentuk ungkapan yang berisi makna
kiasan dengan sarana kontruksi idiom. Berikut ini idiom nama hewan yang
sering digunakan dalam peribahas Jawa meliputi idiom : asu, kebo, jaran, iwak, belo, macan, kidang, yuyu, gajah, cecak,
emprit, mliwis, welut, semut, bebek, kethek, pitik, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Poerwadarminta,
WJS. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:
J.B. Wolters’ Uitgevers-Maatschappij N.V.
Sudaryanto.
2001. Kamus Pepak Basa Jawa. Yogyakarta:
Badan Pekerja Kongres Bahasa Jawa Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yana,
MH. 2010. Falsafah dan Pandangan Hidup
Orang Jawa. Yogyakarta: Absolut.
Rachmatullah,
Asep. 2009. Falsafah Hidup Orang Jawa. Yogyakarta:
Logung Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar