Menemukan
suatu yang indah dipelajari
Bukan
ilusi atau ambisi namun mimpi yang berubah menjadi obsesi
Tergali
lewat kaki yang enggan berhenti
Untuk
temukan diri
(tentang mimpi, sastra dan aku)
Itulah sajak kecil yang saya buat
kemarin ketika saya mulai tertarik dengan apa yang saya jalani sekarang. Saya
Aini Machmudah, mahasiswa Sastra Jawa angkatan 2011, Universitas Negeri Semarang
yang mencoba menggali makna hidup dari tumpukan buku-buku yang berisi episode
panjang drama kehidupan yang telah berjalan masuk dan melewati tahun ke-19, 07
September kemarin. Baru seumuran jagung muda memang, namun sudah selayaknya
bagiku untuk bersifat dewasa mengingat saya adalah anak sulung dari tiga
bersaudara.
Berulang kali saya berfikir, memang
benar apa yang dikatakan oleh pepatah lama, bahwa segalanya berawal dari niat,
niat untuk mencari ilmu dan kawruh untuk
memperbaiki kualitas hidup dan pribadi.
Diawali dengan langkah kaki kecil dari sebrang jalan bagian timur,
sebuah daerah yang dikenal dengan sirup kawistanya (yah itulah kabupaten kecil yang bernama Rembang) yang terdampar
hingga sampai di sisi sini pada titik tengah yang koordinatnyapun tak pernah
saya ketahui. Skema dari daur hidup yang terus berjalan melingkar namun tak
beraturan.
Jujur sayapun tak tahu, bahkan tak
habis fikir dapat masuk pada ranah yang sama sekali terjamah bahkan
membayangkannya pun saya tak pernah, suatu kebetuklan mungkin.
Mungkin, mungkin saja, kata yang
terus saja melesat dalam benak saya. Spekulasi dan prediksi, siapa yang tahu
dari keduanaya mana yang akan menghasilkan wujud? Namun kemunggkinan itulah
yang menjadikan saya berusaha bukan hanya duduk dan berharap didatangi kiamat.
Dan barang kali, sesutau yang tak pernah saya
percaya itulah yang kelak akan meruabah diri saya. Yang berlahan mengajarkan diri
untuk berjalan dengan penuh kecermatan dan keteguhan hati, membuat saya berdiri
ketika mennginjak lubang dan membantu membuka mata di mana debu-debu dari
perbuatan selama ini menutup jalan menuju tempat yang lebih baik.
Tidak ada yang lebih baik selain
mempercayai bahwa saya benar-benar berada diantara sang putih dan sang hitam.
Semarang, 1 Nopember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar