Pages

Sabtu, 13 Oktober 2012

Keunikan Lokal Budaya Kabupaten Rembang


  Letak Georgrafis Kabupaten Rembang

Kabupaten Rembang merupakan salah satu kabupaten Yang terletak diprofinsi Jawa Tengah. Ibukotanya terletak dikota Rembang yang juga merupakan pusat pemerintahan dan administratif kabupaten tersebut. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Teluk Rembang yang merupakan bagian utara laut jawa, Kabupaten Tuban (Jawa Timur) di sebelah timurnya, Kabupaten Blora diselatan, serta Kabupaten Pati disebelah barat. Kabupaten Rembang terletak di ujung timur laut Propinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), terletak pada garis koordinat 111o.000' – 111o.030' Bujur Timur dan 60o.30' – 70o.6' Lintang Selatan. Laut Jawa terletak disebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air laut. Salah satu situs dan peninggalan yang sejarah yang berada dikabupaten ini ialah makam pahlawan emansipasi wanita indonesia, R. A. Kartini.

Secara fisiografi, wilayah Kabupaten Rembang meliputi jajaran Pegunungan Kapur Utara yang mendominasi sepertiga wilayah kabupaten. Ada juga gunung yang tidak tinggi yakni Gunung Butak (dengan ketinggian = 679 m) dan Gunung Lasem (ketinggian = 806 m), selebihnya terdiri dari dataran rendah yang melajur ke utara sampai ke pesisir Laut Jawa.

  Kebudayaan Rembang  

Sebagai salah satu dari bagian dari pulau jawa, eksistensi Kabupaten Rembang diranah budaya juga perlu dipertimbangkan. Dibawah ini beberapa kebudayaan dan tradisi masyarakat Rembang yang masih ada dan mempunyai ciri khusus, antara lain:

1.        Upacara Adat Syawalan atau Rembangan.


Upacara syawalan/ Kupatan (Rembangan) merupakan salah satu upacara adat yang dimiliki oleh kabupaten Rembang. Upacara yang dilaksanakan pada bulan Syawal (setelah bulan Ramadhan)  ini bertepatan dengan acara di desa-desa yang melaksanakan sesaji ketupat yang mengandung arti saling memaafkan dengan cara saling berjabat tangan. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin setiap tahun yaitu lima hari setelah hari raya Idul Fitri.
upacara adat Tahunan ini diadakan di Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang atau yang dikenal pula dengan sebutan Da
mpo Awang Beach.

Setiap tradisi yang mampu bertahan lama, pastilah melalui proses evolusi kebudayaan yang panjang dan memiliki kesamaan akar historis begitu pula dengan upacara Adat Syawalan atau Rembangan ini. Evolusi yang diikuti akulturasi itu, pada akhirnya menimbulkan keselarasan dan kecocokan dengan masyarakat penganutnya. Tradisi syawalan merupakan kreatifitas akulturasi budaya Jawa dan Islam. Ketika Islam hendak bersinggungan dengan budaya Jawa dikabupaten Rembang, timbul ketegangan-ketegangan yang muaranya menimbulkan disharmoni. Melihat fenomena itu, para ulama dan ahli agama dikabupaten tersebut lantas menciptakan akulturasi-akulturasi budaya, yang memungkinkan agama baru itu diterima oleh masyarakat Jawa yang berada dikabupaten Rembang. Singkatnya, para ulama dahulu dengan segenap kearifannya, mampu memadukan kedua budaya yang bertolak belakang, demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat begitulah asal-usul upacara adat syawalan dikabupaten Rembang.


Sesaat sebelum dilaksanakanya Upacara Adat Rembangan
 
Setiap Syawal dapat dipastikan bila desa-desa nelayan yang berada di jalur pantura Rembang menggelar ritual adat larung sesaji (melarung sesaji yang berupa nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauknya)
sebagai bagian dari kegiatan sedekah laut. Even yang cukup menarik itu juga menjadi wahana hiburan tersendiri bagi warga, baik dalam maupun dari luar daerah. Dalam prosesi upacara adat  dan ritual ini biasanya terdapat beberapa desa yang ikut berpartisipasi dengan mengadakan sedekah laut secara besar-besaran yang masing-masing menampilkan miniatur kapal dilengkapi sesajian yang dilarung atau dibawa dan diarak ke tengah laut. 


Larung sesaji 

Sebelum dilakukan larung, didahului mengadakan kirab miniatur kapal diikuti rombongan aneka kesenian, berkeliling di dalam kota Rembang. Momen ini juga menjadi hiburan bagi warga, ratusan orang berderet di tepi jalan sepanjang jalur yang dilalui rombongan kirab. Menyaksikan hingga peserta terakhir lewat, kemudian penonton bergabung dalam rombongan menuju tempat pelaksanaan larung, menambah ramai suasana
 
Kirab Miniatur Kapal

Tradisi sedekah laut dalam upacara adat Rembangan ini merupakan wujud pelestarian budaya nenek moyang, sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas karunia hasil laut yang melimpah. Seluruh biaya yang dikelurkan dalam upacara ini ditanggung oleh warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Selain larung sesaji juga ditampilkan aneka hiburan seperti: a) Kegiatan Lomba Perahu yang merupakan salah satu kegiatan yang ikut menyemarakkan upacara adat Syawalan atau Rembangan. Perahu-perahu yang sudah terdaftar sebagai peserta lomba mengantar para wisatawan berlayar ke Pulau Gede, Pulau Marongan dan Karang Borekan. b) Wisata Belanja / Bazar. c) Mandi Laut dan bahkan pengajian umum yang kemudian pada puncak acara ditutup dengan pagelaran wayang semalam suntuk, ritual penuh nuansa adat dan budaya ini layak dikemas sebagai obyek wisata unggulan alternatif. Karena hanya diadakan setahun sekali dalam pengelolaannya dapat menggandeng event organizer, terjadwal dan teragendakan dengan sempurna, sekaligus menjadi daya tarik wisata yang berbeda dengan kota nelayan yang berada di sepanjang pantai utara laut Jawa.

2.      Kesenian Tari Orek-Orek


Orek-orek adalah salah satu kesenian rakyat di Kabupaen Rembang yang berbentuk tari dengan iringan gamelan Jawa baik laras slrendro maupun pelok. Tarian pergaulan ini merupakan perpaduan antara tari dan nyanyian yang tetabuhan atau gamelan yang cara memukul salah satunya dengan dikerok. Bentuk Permainannya mengikuti pola/ bentuk teater/ tontonan yang diselingi gerak, tari, nyanyi dan kemudian pesan dapat disampaikan melalui tembang.

Kesenian daerah ini dimainkah oleh pemain putera dan puteri antara 4 sampai 10 orang penari, akan tetapi para penari tersebut juga berperan menjadi pemain dan pendukung cerita dengan menyesuaikan panggung yang tersedia. Selain penari yang berperan sebagai pemain sekaligus, juga terdapat pengiring/ pengrawit yang memainkan gamelan, gamelan yang sering dimainkan adalah gamelan laras slendro, akan tetapi gamelan tersebut tidaklah selengkap gamelan slendro yang ada. Dalam bahasa Rembang gamelan tersebut dinamai dengan ‘gamelan Thuk-Brul’ bahasa Jawa Gathuk Gabrul yang terdiri dari:
a.       Bonang  Barung
b.      Saron Penerus
c.       Kendhang
d.      Kempul
e.       Gong
f.       Keprak/Kecrek,dan
g.      Drumb

Kostum yang digunakan dalam kesenian Tari Orek-Orek ini Sama dengan pakaian kethoprak yang disesuaikan dengan cerita yang dibawakan untuk putra, dan khusus untuk putri mamakai pakaian yang sama dengan pakaian yang dikenakan oleh para penari  gambyong jawa. Tari ini sering dipentaskan pada acara-acara resmi seperti sedekah laut, sedekah desa, dll. Yang merupakan simbol dan ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan dalam bertani/ bercocok tanam, mencari ikan dll. Kemudian berkembang dipentaskan pada acara-acara orang punya kerja, hiburan pada acara-acara resmi Pemerintah Daerah juga dalam penyambutan tamu-tamu Negara yang datang ke Rembang.

Kesenian Orek-Orek mempunyai ciri khas yang berbeda dari kesenian rakyat yang lain. Walaupun dalam bentuk penyajiannya belum dapat berdiri sendiri, namun keberadaanya mempunyai daya tarik tersendiri yaitu bentuk penyajian yang disisipkan pada pertunjukan kethoprak. Sahingga masyarakatpun mengenalnya sebagai kesenian kethoprak dan sebagian masyarakat lain menyebut sebagai Orek-Orek. Adapun alur cerita yang dibawakan biasanya sama dengan cerita kethoprak antara lain: sejarah, legenda dan lain sebagainya.
Kesenian ini sekarang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Rembang karena selalu mampu menarik perhatian kalangan diberbagai event, hal ini terbukti pada:
a.  Terpilih mewakili Festival Borobudur 1995
b. Mewakili Festival Tari Rakyat tingkat Propinsi Kab Tegal 1997.
c. Tampil di Taman Ismail Marzuki 1993.
d. Duta seni di TMII 1994.
e. Duta seni TMII 2001.
f. Duta seni dalam Festival Tari Borobudur 2003.
g. Duta seni di TMII 2005.
h. Mengisi JATENG EXPO di PRPP Semarang 2005.
i. Acar pembukaan resmi kegiatan PEMDA dll.

1 komentar: