Oleh
Aini Machmudah
“Kosong,
Tak penuh dan tak juga terpenuhi, hanya ada larik dan baris tak berarti. Lihatlah kesana, di ambang angin dan udara!
meraka juga sama, masih kosong dan tetap kosong. Ruang hampa tanpa tanda, yang
begitu lekat dan terpancar lewat garis tak berwarna. Hanya kosong dan lagi-lagi
kosong. Datang dan kemudian berlalu pergi menukar diri”
Deskripsi kecil yang
muncul begitu saja ketika saya duduk dalam salah satu ruang di gedung B8, menanti
dosen yang lebih dari empat puluh menit tak kunjung datang untuk membagi
ilmunya. Bait yang jika diintreprestasikan lebih lanjut pasti akan berbeda antar
satu orang dengan yang lain. Sebuah bait
biasa dan sederhana tentang kosong.
Kosong sering
dikonotasikan dengan kondisi sendiri, sepi dan hening. Namun sering terlupakan
bahwa sesungguhnya di dalam keadaan kosong semua rasa akan terpancar dan terpantul
di sana. Kosong bukan hanya berarti hampa, bodoh atau tak berguna namun lebih
kepada sifat penetralan diri dengan melepas beben-beban yang ada.
Sebuah
sistem bilangan menyatakan bahwa kosong itu adalah satu per nol (
) yang akan menghasilkan jumlah
penghitungan tak hingga (~). Bilangan tak hingga sendiri hingga kini
masih banyak menyisakan misteri yang belum dapat dipecahkan lebih lanjut oleh
para ahli, namun demikian banyak orang
menjabarkan bahwa bilangan tak hingga itu sama dengan kata ‘luar biasa’.
Riffater
(1978) seorang ahli sastra Barat menganggap bahwa gambaran hidup sama dengan
puisi. Memahami puisi (baca: kehidupan) sama halnya dengan memahami kue donat.
Apa yang hadir secara tekstual diibaratkan sebagai daging donat, sedangkan yang
tidak hadir adalah ruang kosong yang berbentuk bundar di tengah donat yang
berfungsi menopang daging donat menjadi donat. Ruang kosong yang tidak ada
secara tekstual itulah yang menentukan terbentuknya kehidupan, dengan kata lain
bahwa ruang kosong dapat menghasilkan sesuatu itu ada.
Hewan
malam seperti nokturnal pun memiliki ruang kosong, sebut saja burung hantu
salah satunya. Burung hantu yang duduk di sebatang dahan mengilhami
ruang kosong dalam malam sebagai simbol kebijakan. Semakin banyak ia melihat,
semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia bicara, semakin banyak ia
mendengar. Mengapa kita tidak mencoba merasakan imaji kekosongan dan menjadi
seperti burung hantu yang bijaksana itu?
Merasakan
imaji kekosongan mungkin dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencari
ketenangan berpikir, ketenangan hati dan rasa, suatu bentuk kesadaran menuju
kesadaran jiwa sampai pada tingkat bawah sadar yaitu tingkat transendental
perasaan, perasaan yang menyatukan sebuah kesatuan dengan seluruh alam yang
bergabung dalam keseluruhan tunggal.
I like this... tadi kan aku nyari nyari tentang serat suluk, ehh ternyata pas ketemu blognya kamu........ salam kenal ya
BalasHapusKosong bukan tanpa
BalasHapusHening dan sendiri tidaklah kosong
Kosong adalah proses menuju.... segalaNya