Bila engkau
sedang bersukaria
renungkanlah dalam-dalam
ke lubuk hati
disanalah
nanti engkau dapati
bahwa hanya yang pernah membuat derita
berkemampuan
memberimu bahagia
Jika engkau berdukacita
renunngkanlah lagi, ke lubuk
hati
disanalah pula bakal kau temui
bahwa sesungguhnya
engkau sedang
menangisi
sesuatu yang pernah
engkau syukuri
Selasa, 20 Agustus 2013
Senin, 19 Agustus 2013
Matahari Selalu Teggelam
Aini Machmudah
Bunga
bijak tak lagi tumbuh
Terlupakan
oleh megahnya keangkuhan
Pedang-pedang
imitasi yang memaksa kita merintih
Diantara
mata yang dibutakan
Diantara
telinga yang ditulikan
Dan
diantara kaki yang dilumpuhkan
Pekik
perjuangan telah musnah di tengah persetubuhan
Kekejaman
nyata yang tersaksikan oleh bidal mata
Kabut
tipis yang menyamarkan bait-bait indah puisi cinta
Dan
membuat lupa pada dongeng lama dulu kala.
Kenapa
kita harus saling menikam bila kelak suatu saat kita akan tertikam
Kenapa
kita harus saling menghilangnkan nyawa bila kelak suatu saat kita akan hilang
nyawa
Dan
matahari itu
Lihatlah,
Ia
akan tenggelam, tenggelam, tenggelam dan sirna
Tanda
bahwa apapun akan kembali kepadaNYA
Rembang, 28 Juli 2013
Sabtu, 17 Agustus 2013
Cermin Itu
Ini masih tentang cermin yang bisu
menanti engkau riang berdandan
paras demi paras, lekuk demi lekuk
Ini masih tentang cermin bisu
membisu pada titik namun tak jenuh
ini tentang cermin itu
masih setia menemanimu merias wajah
kelu melihat putaran tubuhmu
membawa gelisah dalam renta tubuhmu kelak...
melaknatmu ketika keriput menyergap
menakutimu dengan uban yang akan menjadi sahabat
ini masih tenang aku
aku, cermin bisu masih setia dalam pantulan pudarku.
(Sale-Rembang, 30/07/2013)
menanti engkau riang berdandan
paras demi paras, lekuk demi lekuk
Ini masih tentang cermin bisu
membisu pada titik namun tak jenuh
ini tentang cermin itu
masih setia menemanimu merias wajah
kelu melihat putaran tubuhmu
membawa gelisah dalam renta tubuhmu kelak...
melaknatmu ketika keriput menyergap
menakutimu dengan uban yang akan menjadi sahabat
ini masih tenang aku
aku, cermin bisu masih setia dalam pantulan pudarku.
(Sale-Rembang, 30/07/2013)
Imaji Kekosongan
Oleh
Aini Machmudah
“Kosong,
Tak penuh dan tak juga terpenuhi, hanya ada larik dan baris tak berarti. Lihatlah kesana, di ambang angin dan udara!
meraka juga sama, masih kosong dan tetap kosong. Ruang hampa tanpa tanda, yang
begitu lekat dan terpancar lewat garis tak berwarna. Hanya kosong dan lagi-lagi
kosong. Datang dan kemudian berlalu pergi menukar diri”
Deskripsi kecil yang
muncul begitu saja ketika saya duduk dalam salah satu ruang di gedung B8, menanti
dosen yang lebih dari empat puluh menit tak kunjung datang untuk membagi
ilmunya. Bait yang jika diintreprestasikan lebih lanjut pasti akan berbeda antar
satu orang dengan yang lain. Sebuah bait
biasa dan sederhana tentang kosong.
Kosong sering
dikonotasikan dengan kondisi sendiri, sepi dan hening. Namun sering terlupakan
bahwa sesungguhnya di dalam keadaan kosong semua rasa akan terpancar dan terpantul
di sana. Kosong bukan hanya berarti hampa, bodoh atau tak berguna namun lebih
kepada sifat penetralan diri dengan melepas beben-beban yang ada.
Sebuah
sistem bilangan menyatakan bahwa kosong itu adalah satu per nol (
) yang akan menghasilkan jumlah
penghitungan tak hingga (~). Bilangan tak hingga sendiri hingga kini
masih banyak menyisakan misteri yang belum dapat dipecahkan lebih lanjut oleh
para ahli, namun demikian banyak orang
menjabarkan bahwa bilangan tak hingga itu sama dengan kata ‘luar biasa’.
Riffater
(1978) seorang ahli sastra Barat menganggap bahwa gambaran hidup sama dengan
puisi. Memahami puisi (baca: kehidupan) sama halnya dengan memahami kue donat.
Apa yang hadir secara tekstual diibaratkan sebagai daging donat, sedangkan yang
tidak hadir adalah ruang kosong yang berbentuk bundar di tengah donat yang
berfungsi menopang daging donat menjadi donat. Ruang kosong yang tidak ada
secara tekstual itulah yang menentukan terbentuknya kehidupan, dengan kata lain
bahwa ruang kosong dapat menghasilkan sesuatu itu ada.
Hewan
malam seperti nokturnal pun memiliki ruang kosong, sebut saja burung hantu
salah satunya. Burung hantu yang duduk di sebatang dahan mengilhami
ruang kosong dalam malam sebagai simbol kebijakan. Semakin banyak ia melihat,
semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia bicara, semakin banyak ia
mendengar. Mengapa kita tidak mencoba merasakan imaji kekosongan dan menjadi
seperti burung hantu yang bijaksana itu?
Merasakan
imaji kekosongan mungkin dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencari
ketenangan berpikir, ketenangan hati dan rasa, suatu bentuk kesadaran menuju
kesadaran jiwa sampai pada tingkat bawah sadar yaitu tingkat transendental
perasaan, perasaan yang menyatukan sebuah kesatuan dengan seluruh alam yang
bergabung dalam keseluruhan tunggal.
ANALISIS NOVEL ANTEPING TEKAD KARANGAN AG. SUHARTI DARI ASPEK TATARAN TEKS
PENGANTAR
Karya sastra yang terlahir dalam masyarakat dinyatakan
dalam bentuk bahasa, sifat utama bahasa sebagai sistem adalah rasionalitas dari
keseluruhan unsur dan aspeknya harus dipahami. Sebagai struktur yang kompleks,
karya sastra dapat dipahami dengan jalan penganalisisan. Penganalisisan
tersebut merupakan usaha secara sadar untuk menangkap dan memberi muatan makna
kepada teks sastra yang memuat berbagai sistem tanda.
Seperti yang dikemukakan oleh Saussure bahwa bahasa
merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu
yang lain yang disebut makna (Nurgiyantoro, 2002: 39). Bahasa tak lain adalah
media dalam karya sastra. Karena itu karya sastra merupakan sebuah struktur
yang bermakna (Kaswadi, 2006: 123). Tidak terkecuali pada teks sastra yang
berbentuk novel.
Dalam hal ini kajian penggunaan bahasa terutama
tataran gaya bahasa sangat berpengaruh terhadap proses pengungkapam suatu ide
atau gagasan. Sebagai suatu perbendaharaan sebuah bahasa terdiri atas dua aspek
yaitu aspek bentuk dan isi.
Analisis Novel
Anteping Tekad Berdasarkan Aspek Tataran Teks
Kajian statistika menekankan diri pada penggunaan
bahasa dalam karya sastra. Gaya bahasa inilah yang kemudian dipahami dalam
kerangka pemaknaan. Hal tersebut disebabkan karena teks dalam karya merupakan
kesatuan bentuk dan isi yang merupakan anasir-anasir gaya bahasa sebagai
fenomena intratekstual dalam sebuah karya sastra.
1. Judul Novel
Novel Anteping
Tekad merupakan sebuah novel berbahasa Jawa karya Agnes Suharti yang
diterbitkan pada tahun 1975. Kata Anteping
Tekad secara tidak langsung telah mengisyaratkan tentang tema dan inti
pokok cerita tentang keteguhan hati tokoh utamanya, Indiani atau Irah seorang
gadis desa yang memiliki semangat menggapai mimpi dan merubah jalan hidupnya. Seorang
gadis desa, putri dari salah seorang pensiunan asisten wedana di Yogyakarta, nasibnya tidak begitu beruntung
karena setelah lulus SMP keluarganya mengalami kesulitan ekonomi sehingga
impianya untuk melanjutkan pendidikan harus ia tunda terlebih dahulu. Dengan
alasan itu pula Indiani memutuskan untuk meninggalkan rumah terlebih saat ia
tahu ia akan dipersunting oleh Kalijo (seorang duda yang suka
kawin cerai).
2. Isi Teks
Novel Anteping
Tekad yang diterbitkan pada tahiun 1975 ini mencoba menyajian sebuah
gagasan mengenai pendidikan yang dipadukan dengan tema tentang percintaan.
Pengangkatan tema tentang pendidikan dalam karya sastra Jawa amatalah beragam
dan sudah lama menjadi perhatian. Sebut saja serat Riyanta (1920) yang ditulis R.M Suradi dan Ngulandara (1940) yang ditulis oleh
Margana Djadjaatmaja, dua karya yang memiliki tema dan jalan cerita yang hampir
sama dengan Anteping Tekad karya Ag.Suharti.
Sutu hal yang menarik, tiga karya dengan rentan waktu yang berbeda ini
sama-sama mengangkat tema tentang pengembaraan mencari jati diri. Pengembaraan
mencari pengalaman bagi anak-anak muda zaman dahulu merupakan hal yang sangat
terpuji.
Novel Anteping
Tekad mencoba mengadopsi dan meresepsi kedua karya sastra tersebut dan
kemudian memberikan inovasi dengan mengangkat wanita sebagai tokoh utama yang
melakukan penngembaraan. Di sini terlihat ada pengaruh pendekatan feminisme
dalam karya ini yang kemudian dijadikan refleksi kaum wanita dalam kesetaraan
gender (Emansipasi).
Dilihat dari struktur fisiknya novel Anteping Tekad memiliki bentuk yang
cukup menarik dengan sampul berwarna kuning ke orenan dengan gambar seorang
wanita berambut panjang yang memegang bunga berjumlah tiga buah dan berlatar
sebuah pohon yang disampingnya terdapat pusaran seperi sarang laba-laba dengan
warna dominan hitam. Judul ditulis besar dengan huruf kapital tegak berwarna
hitam yaitu ANTEPING TEKAD. Nama
pengarang berada dibawah judul tersebut dengan warna yang sama yaitu warna
hitam. Sedangkan nama penerbit “Balai Pustaka” berada di bagian bawah tengah
dengan logo disebelah kiri.
Novel Anteping
Tekad terdiri atas 219 lembar yang terbagi kedalam 16 bab, tanpa penanda
atau subjudul di dalamnya. Secara umum 16 bab itu berkisah sebagai berikut:
Bab 1 : Merupakan pengenalan awal tentang para
tokoh, yang diawali perbincangan Ny Prawoto dengan Ny. Sutarno yang membutuhkan
seorang rewang atau teman
beres-beres. Dan Ny. Prawoto merekomendasikan Indiah atau irah sebagai
gantinya.
Bab 2 : Indiah menyajikan
makanan dan minuman kepada Nyi Sutarno dan suaminya yang sedang berbincang.
Bab 3 : Indiah alias irah menulis buku harian yang
menceritakan tentang kehidupannya sebelum mengabdi sebagai rewang di rumah
keluarga Sutarno, pada babini juga diceritakan tentang impian-impian Irah yang
coba ia wujudkan.
Bab 4 : Indiah yang berbincang dengan Suwarni dengan sedikit
celotehan setelah itu ia menyajikan
minuman kepada teman-teman kuliah Sundoro. Yang selanjutnya Irah digoda oleh
mereka
Bab 5 : Indiah mendapat nasihat dari Ny. Sutarno
mengenai kepergianya dari desa yang tidak meminta izin terlebih dahulu kepada
orang tuanya.
Bab 6 :
Indiah menerima surat dari Sukri teman Sundoro.
Bab 7 : Indiah jatuh cinta kepada Sundoro,
majikanya yang telah bertunangan dengan Utami.
Bab
8 : Indiah mengepel lantai.
Indiah
dimintai tolong untuk menjahitkan baju Sundoro.
Sundoro mengungkapkan rasa cintanya kepada Indiah.
Bab 9 : Pertengkaran antara Ny. Sutarno dan Sundoro.
Ny.
Sutarno meminta Indiah untuk meninggalkan rumahnya.
Bab 10: Indiah meningglakan keluarga Ny. Sundoro.
Bab
11 : Indiah mengabdi kepada keluarga Ny.
Sujoko di Jakarta sebagai pengasuh anak.
Bab
12 :Indiah bertemu dengan Istinah teman SD waktu masih di desa. Ketika Istina
ke rumah Ny. Sujoko.
Bab
13 :Indiah dilamar oleh Sukri yang sudah
beristri, tetapi dia menolaknya.
Bab
14 : Indiah dilamar Suwandana teman
waktu di desa yang dinas di Kebayoran juga ditolak.
Bab
15 : Utami isteri Ir. Sundoro meninggal ketika melahirkan anak pertamanya.
Bab
16 : Indiah menikah dengan Ir. Sundoro yang sudah berstatus duda.
3.
Fungsi
Gaya Bahasa
Menurut
isi teks Anteping Tekad, Irah alias
Indiah mengalami perjalan hidup yang berliku-liku. Dimulai dengan ketidak
beruntungannya dalam menghadapi hidup setelah lulus SMP hingga perjodohanya
dengan duda tukang kawin cerai, yang
membanya berani meninggalkan rumah ke kota besar Jakarta dan mengabdi sebagai
pembantu di Bogor. Mengabdikan diri sebagai rewang keluarga Sutarno.
Indiah yang mulai menikmati
kehidupanya sebagai pembantu menjadi tidak tentram akibat perbuatan tokoh Sukri
teman Sundoro. ketika Indiah menyajikan
minuman. Demikian juga pada peristiwa ketika Indiah didekati oleh Gimin, teman
sesama pembantu.
Pergolatan batin dalam diri Indiah apa yang harus
dilakukan dengan surat Sukri, Lamaran Gimin, sedangakn dia sudah mulai
mencintai Sundoro majikanya yang sudah bertunagan dengan Utami. Tanpa disadari
ternyata rasa cintanya terhadap Sundoro semakin besar. Hal itu membuat indiah
semakin kacau apalagi setelah tahu bahwa orang yang dicintainya setelah lulus
kuliah akan seger menikah dan melanjutkan pendidikanya di luar negeri. Rasa
sedih akan kehilangan orang yang dicintai membuat indiah merasa putus asa.
Namun ternyata Sundoro, majikannya juga mempunyai rasa yang sama kepada Indiah,
dan secara terang-terangan mengakui cintanya. Hal ini membuat Ny.Sutarno marah
dan mengusir Indiah dari rumahnya. Setelah diusir Indiah bertemu dengan
Istinah, teman SMP nya yang telah dipersunting oleh dokter. Dan dipekerjakan
sebagai pengasuh anakanya. Ia juga berhasil melanjutkan sekolahnya di bangku
SMA. Pada kesempatan itu ia kembali bertemu dengan Suwondo dan Sukri yang
kembali ingin meminangnya namun keduanya ditolak oleh Indiah.
Hingga pada akhirnya ada kabar bahwa Utami Istri
Sundoro meninggal saat malahirkan, dan akhirnya Sundoro menjemput Indiah dan
mempersuntingnya.
Melalui gaya bahasa, penggunaan gaya bahasa
dimaksudkan untuk menandai alur serta jalan cerita. Secara umumpun jalinan
peristiwa disajika secara kronologis. Peristiwa –peristiwa utama dalam alur
utama mempunyai hubungan sebab akibat, disajikan secara beruntun atau
kronologis . Diawali dengan peristiwa pertemuan Indiah dengan keluarga Ny.
Sutarno dan diakhiri dengan pernikahan Indiah dengan Sundoro, adik Ny. Sundoro.
Peristiwa kecil dalam alur utama ada yang disajikan
dengan teknik flash back atau sorot
balik. Sebagai contoh sorot balik saat Indiah menulis di buku harian dan
sebagainya.
Gaya bahasa selain berfungtsi untuk menyusun secara
rapi alur peristiwa dalam cerita, juga berfungsi untuk menggambarkan tokoh dan
penyajian watak serta pencitraan.
Novel ini
sebagai karya sastra mengandung banyak makna dan ideologi di dalamnya.
Sebagaimana adanya anggapan bahwa karya sastra termasuk novel merupakan cermin
kehidupan yang menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu adalah
kenyataan sosial. Dengan demikian karya sastra adalah bagian dari replika
kehidupan yang tersaji dan dapat dinikmati melalui sarana bahasa.
Langganan:
Postingan (Atom)