skip to main |
skip to sidebar
Dengan Caraku
Tempurung, mungkin engkau pernah
mendengarnya. Ia berbentuk melingkar, cekung, dan memiliki ruang di dalamnya. Ruang yang menyimpan daging buah
beserta airnya. Ruang itu penuh jika masih muda dan dewasa, namun kosong ketika
memasuki usia tua.
Seperti itulah manusia, ia hidup
dalam perjalanan waktu, proses dari hari ini ke hari depan, bukan hari yang
telah berada di belakang. Jika demikian ia mempunyai kesamaan dengan kegiatan
membaca buku atau novel. Sistematis dan kronologis. Dimulai dari halaman awal
dan berlanjut ke halaman selanjutnya. Runtut dan tak dapat dilompati jika ingin
memahami isinya secara mendalam. Sampai di titik ini, hidup akan membaca
tandanya. Seperti musim penghujan dan kemarau yang datang silih berganti melanjutkan
tugasnya. Sedang manusia hanya perlu berdiri, berjalan, dan belajar.
Dari
sana, kita punya cerita, kita punya sesuatu yang dinamakan kenangan dari setiap
jengkal langkah kaki yang dijalankan. Namun tak menutup kemugkinan kaki itu
mungkin akan lelah berjalan, tangan boleh lelah mengepal, senyum pun juga boleh
sesekali berhenti mengembang, tapi dunia kita tidak lah berada di dalam
tempurung kelapa yang hanya berkutat soal daging buah atau airnya. Masih ada
tanah yang di dalamnya menyimpan kekayaan, masih ada udara yang membawa
kehidupan, angin yang membawa kesegaran, awan yang pada masanya akan memembawa
rintik yang disebut hujan, hingga api yang dibilang panas oleh kebanyakan
orang..
Hidup
bagai hujan. Turun, menguap, ada. Tanpa-beban apa-apa.
Inilah
yang disebut perjuangan sayang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar