Ia perempuan yang haus
Ringas
tak hapus
Ingin
tak sampai
Perempuan itu selalu
seperti itu, melemah dan membiarkan begitu saja pikir dangkal memenuhi rongga
otaknya. Di kepalanya ada seseorang yang bukan ia. Yang begitu ia hafal
bentuk wajah dan detail kontur setiap incinya.
Mungkinkah ia terlalu tergesa-gesa menyebut perasaan itu sebagai cinta ?
Entah apa yang
direncanakan Tuhan dari pertemuan singkat kala itu. Pertemuan yang kemudian
berlanjut saling berkirim pesan hanya untuk sekadar menyapa. Dunia memang punya cara membuat dua orang yang tidak saling tahu, tiba-tiba punya rasa
rindu. Hingga pada akhirnya, hati itu benar-benar terketuk dan
terbuka. Bahkan namamu pun masuk dalam daftar orang yang ia sebut dalam doa. Ia percaya, namun tak yakin apakah kau juga memiliki rasa yang
membiru.
Bukan kemauannya untuk
terus memendam cinta, bukan juga kemauannya untuk terus diam meski ada sesuatu
yang terasa. Ia terima diammu dengan cuma-cuma, ia balas dinginmu tanpa banyak
bicara.
Ia sudah tahu
bagaimana rasanya dicintai, meski pada akhirnya cintamu memilih untuk pergi. Ia sudah tahu rasanya diterbangkan tinggi, namun tiba-tiba
dihempaskan sebelum impiannya berada ditepi. Aneh memang, betapa cinta membuatnya masih tetap menunggumu dalam sepi, mencintaimu dalam diam, dan
memelukmu dalam angan. Ia mencintaimu, dan membiarkan tubuhnya menantimu. Meski
ia tahu kau tak menjadikannya sebagai tujuan.
Dan demi apapun, ia hanya berani menyimpannya dan memanggilmu "Sayang" hanya dalam diam. Itu teramat cukup untuknya.
Dan demi apapun, ia hanya berani menyimpannya dan memanggilmu "Sayang" hanya dalam diam. Itu teramat cukup untuknya.
Untukmu yang tak benar-benar pergi dari hati
Dari perempuan yang kau anggap cintanya hanya sekadar mainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar