“Kembali ke
Peraduan” Altertatif sederhana nan ampuh untuk sedikit meregangkan pikir dari
kemelut dan asap ujian hidup yang mengepul, semakin hitam dan kelam. Masa-masa
sulit saat diri tersungkur di tempat yang sama, bukan hanya sekali. Bahkan air keruh pun ternyata lebih dominan
mengisi gelas hati yang retak.
Jika nasi telah
menjadi bubur, maka jalan satu-satunya adalah tetap menikmatinya, setidaknya
bersyukur dengan bubur itu kita masih dapat merasa kenyang dengan memakannya.
Dan ketika segalanya
telah menjadi angin, biarkan ia berhembus menjauh. Tak ada celah dari botol dapat
dimasuki oleh angin. Kerapatan yang
terlalu menggalihkan perhatian. Fokus yang kabur oleh bayang semu dari rasi
bintang yang takut menunjukkan mimpinya.
Yah seperti itulah
kehidupan, kehidupan memang tak selalu putih, tak juga selalu berwarna dengan
bunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar